Berbekalkan kertas kalender lusuh di sudut berandaku..
Ku tuliskan guratan-guratan duka yang kian membusuk..
Ku ceritakan tentang kepincangan-kepincangan hidup yang tak pernah berubah..
Pandangan -pandangan sinis yang menyapa setiap kedipan mata..
Tertawa-tertawa kosong yang mengriringi langkah-langkah sepi..
Kepada Yth Presiden Republik Indonesia..!!
Seiring kian mengkerutnya lekuk-lekuk keseksianku..
Pelanggan-pelangganku lari tak setia menjamahku..
Sedangkan harga minyak tanah membubung di langit kelabu..
Tak terjamah tak terenggut terpintas sebuah pengharapan semu..
Iuran sekolah anak-anakku sudah tak gratis lagi..
Di tambah iuran Listrik yang kian tak terkejar lagi..
Kepada Yth Presiden Republik Indonesia..!!
Kepada siapa lagi saya harus mengadu dan mengeluh..
Ketika Harga sebuah kejujuran tidak di lihat lagi bersama nurani..
Yang ada hanya penindas dan penjilat..
Melongokkan kepala ketika membutuhkan suara Rakyat..
Setelah itu jejaknya punah tak terbaca lagi..
Lantar terfikir dalam otakku yang terbungkus uban-uban putih ini..
Mana lebih terhormat pelacur seperti diriku.. ?
Atau yang katanya wakil rakyat tapi menjual harapan rakyat ..
Kepada Yth Presiden Republik Indonesia..!!
Saya tidak butuh pujian dan harapan semu..
Saya tidak butuh kerdipan matamu yang nakal tapi janjinya tak pasti..
Yang saya butuhkan cuma pembelaan terhadap anak-anakku..
Tentang Pendidikan yang tak terbebani..
Tolongkan turunkan harga minyak tanah dan Listrik..
Menjelang tubuh ini berkalang tanah berteman cacing tanah..
Saya pasrahkan anak-anakku padamu Wahai Tuan Presiden..
Saya harapkan masa depannya lebih layak dan dihargai..
Sehingga mata-mata sinis tak mampu lagi membedakan ..
Antara anak-anak pelacur atau wakil-wakil harapan rakyat..
Kuala Lumpur, 27 April 2011
Terinspirasi Buku Pipiet Senja Yang berjudul
“Kepada Yth Presiden RI”
Penuh makna mas,,,