Berbicara tentang pelarian Rohingya ini, belakangan ini
kita disuguhi dengan berita penindasan tentang etnik Rohingya . Sebuah
etnik yang tinggal di Arakan , Myanmar bagian Barat yang berbatasan
dengan Bangladesh.
Etnik Rohingya adalah mayoritas beragama Islam dan berasal dari keturunan pedagang Persia, Arab dan Turki yang berasimilasi dengan penduduk lokal seperti Mughals, Pathan dan Benggali. Jadi dari segi roman mukanya berbeda dengan orang Burma/Myanmar pada umumnya dan lebih mirip kepada wajah-wajah orang Bangladesh.
Maka dari itu Pemerintah tentara Myanmar tidak mengakui minoriti Rohingya sebagai sebagian dari rakyatnya . Etnik Rohingya telah mendapatkan diskriminasi dan pencabulan hak -hak asasinya secara konsisten oleh pemerintah tentara Myanmar, diantaranya adalah :
1. Tidak diakui kewarganegaraanya dengan tidak mengakui dan memberikan akta kelahiran dan surat nikah.
2. Sekatan secara ekonomi, kesehatan dan pendidikan.
3. Tanah-tanahnya di rampas dan seringkali menjadi mangsa penghambaan modern.
4. Pembunuhan dan pemerkosaan secara terencana.
5. Dilarang mengamalkan apa jua kegiatan yang bercorak keagamaan yang diyakini (Islam)
6. Pengusiran dan penghalauan secara paksa dari Myanmar sejak 1978.
Pengusiran secara paksa terhadap minoriti etnik Rohingya telah membuat mereka terdesak menjadi pelarian di berbagai negara seperti : Bangladesh, Pakistan, Arab saudi, Thailand , Indonesia dan Malaysia. Bahkan akhir-akhir ini sampai Australia dan Spanyol. Mereka sangat rentan menjadi korban Pemerdagangan Manusia dalam usaha mencari suaka politiknya.
Pelarian Etnik Rohingya di Malaysia
Pelarian etnik Rohingya di Malaysia berawal sejak 1980an lagi. Dan di Anggarkan sampai sekarang sekitar 15.000 pelarian yang bertebaran di seluruh Malaysia. Mereka telah di berikan status pelarian oleh United Nations High Commisioner for Refugee (UNHCR),Human Right Watch (HRW) dan Amnesty International (AI)
Menurut sebuah LSM Malaysia yaitu Future Global Network (FGN) mengatakan mereka pada umumnya menetap di 8 buah negeri yaitu Selangor/Kuala lumpur (5,500), Johor (2,500), Pulau Pinang (4,500), Kedah (2,000), Terengganu (350), Kelantan (1,500), Melaka (300), Negeri Sembilan (700). ( sumber : www.futureglobalnetwork.com)
Sedangkan di Kuala Lumpur dan Selangor sendiri, pelarian Rohingya menetap dan membentuk komunitas sendiri di sekitar Selayang, Cheras Baru, Klang dan Ampang .
Etnik Rohingya Tertutup Penuh Waspada
Selepas pulang kerja kami berdua menuju ke Ampang Tasik dan minum di
restoran yang sering menjadi tempat berkumpulnya para etnik Rohingya.
Semua mata melihat ke arah kami sewaktu duduk dan memesan minuman. Yang
pada mulanya keadaan riuh dan saling ketawa, akhirnya keadaan berubah
menjadi saling berbisik dan meninggalkan restoran seorang demi seorang.
Setelah itu kawan saya pergi ke meja sebelah yang di duduki seorang perempuan setengah baya beserta dua orang anaknya . Kawan saya tersebut berusaha menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami dalam bahasa mereka. Langsung saja roman wajah mereka langsung berubah, dan berusaha pergi seketika itu juga.
Akhirnya sang penjaga restoran datang ke meja kami dan menanyakan maksud dan tujuan kedatangan kami. Setelah di jelaskan dengan penuh kekeluargaan dan menyebut atas nama saudara seislam, akhirnya mereka mulai faham dan bersedia kami wawancarai.
Kehidupan Mendasar Kaum Pelarian
Secara ekonomi, umumnya para etnik Rohingya adalah pekerja tanpa keterampilan. Jenis pekerjaan yang dilakukan adalah beraneka ragam, mulai dari bekerja di sektor konstruksi, buruh pabrik, pembantu restoran dan cleaning service.
Namun di sebabkan masalah dokumen yang bersangkutan, mereka sering tertangkap operasi pendatang asing di Malaysia. Bahkan sesetengah majikan mengambil kesempatan kepada mereka dengan menurunkan gaji mereka.
Akhirnya mereka mengambil keputusan bekerja sendiri menjadi pengumpul
barang-barang bekas, pengutip besi buruk dan pemotong rumput di
taman-taman perumahan.
Secara Pendidikan, anak-anak pelarian Rohingya tidak
bisa memasuki sistem pendidikan formal di Malaysia. Masalah utamanya
adalah umumnya anak-anak pelarian yang dilahirkan di Malaysia tidak
mempunyai dokumen yang sah. Disebabkan kedua orang tuanya tidak
mempunyai surat nikah dan dokumen yang sah .
Namun pihak UNHCR dan beberapa LSM di Malaysia telah mengadakan dan mendirikan beberapa sekolah tidak formal seperti di Klang, Cheras Baru dan Selayang. Dan sistem pendidikan ini lebih di kenali madrasah di kalangan para pelarian. Dan bahasa pengantar di dalamnya menggunakan bahasa Myanmar, Inggris dan bahasa Melayu.
Dan tentang masalah Kesehatan, seperti mana warganegara asing lainnya. Pelarian Rohingya di haruskan membayar lebih mahal apabila di bandingkan dengan warga negara Malaysia sendiri. Semuanya ini adalah di sebabkan masalah dokumen pengenalan yang sering menjadi masalah.
Apabila harus menginap dan opname di Rumah Sakit pemerintah, mereka di haruskan menyediakan uang pendahuluan (deposit) sekitar RM.400 (1,2 juta rupiah). Sedangkan untuk biaya melahirkan pula, mereka harus menyediakan deposit RM.800 (2,5 juta rupiah). Coba bayangkan apabila mereka harus menerima rawatan di rumah sakit swasta ? yang mahalnya berlipat-lipat kali ganda apabila di bandingkan dengan rumah sakit atau klinik pemerintah.
Kartu UNHCR Adalah Nyawa Kedua
Rata-rata pelarian Rohingya pernah mengalami di tangkap oleh polisi Malaysia. Bahkan sampai ada yang dimasukkan ke dalam tahanan imigrasi untuk menunggu di hantar pulang ke Myanmar.
Harapan Kecil Pelarian Rohingya
Status kewarganegaraan pelarian Rohingya yang tidak jelas bukan hanya di alami generasi sekarang, namun juga akan turut di rasakan oleh generasi akan datang.
Mereka juga berharap semoga pemerintah Indonesia dan Malaysia yang mempunyai masyarakat Islam dominan di Asia tenggara mampu berbuat banyak di dalam ASEAN, OIC dan PBB. Selanjutnya mengambil inisiatif untuk menghentikan tragedi kemanusiaan ini..
Salam dari Seberang
Etnik Rohingya adalah mayoritas beragama Islam dan berasal dari keturunan pedagang Persia, Arab dan Turki yang berasimilasi dengan penduduk lokal seperti Mughals, Pathan dan Benggali. Jadi dari segi roman mukanya berbeda dengan orang Burma/Myanmar pada umumnya dan lebih mirip kepada wajah-wajah orang Bangladesh.
Maka dari itu Pemerintah tentara Myanmar tidak mengakui minoriti Rohingya sebagai sebagian dari rakyatnya . Etnik Rohingya telah mendapatkan diskriminasi dan pencabulan hak -hak asasinya secara konsisten oleh pemerintah tentara Myanmar, diantaranya adalah :
1. Tidak diakui kewarganegaraanya dengan tidak mengakui dan memberikan akta kelahiran dan surat nikah.
2. Sekatan secara ekonomi, kesehatan dan pendidikan.
3. Tanah-tanahnya di rampas dan seringkali menjadi mangsa penghambaan modern.
4. Pembunuhan dan pemerkosaan secara terencana.
5. Dilarang mengamalkan apa jua kegiatan yang bercorak keagamaan yang diyakini (Islam)
6. Pengusiran dan penghalauan secara paksa dari Myanmar sejak 1978.
Pengusiran secara paksa terhadap minoriti etnik Rohingya telah membuat mereka terdesak menjadi pelarian di berbagai negara seperti : Bangladesh, Pakistan, Arab saudi, Thailand , Indonesia dan Malaysia. Bahkan akhir-akhir ini sampai Australia dan Spanyol. Mereka sangat rentan menjadi korban Pemerdagangan Manusia dalam usaha mencari suaka politiknya.
Pelarian Etnik Rohingya di Malaysia
Pelarian etnik Rohingya di Malaysia berawal sejak 1980an lagi. Dan di Anggarkan sampai sekarang sekitar 15.000 pelarian yang bertebaran di seluruh Malaysia. Mereka telah di berikan status pelarian oleh United Nations High Commisioner for Refugee (UNHCR),Human Right Watch (HRW) dan Amnesty International (AI)
Menurut sebuah LSM Malaysia yaitu Future Global Network (FGN) mengatakan mereka pada umumnya menetap di 8 buah negeri yaitu Selangor/Kuala lumpur (5,500), Johor (2,500), Pulau Pinang (4,500), Kedah (2,000), Terengganu (350), Kelantan (1,500), Melaka (300), Negeri Sembilan (700). ( sumber : www.futureglobalnetwork.com)
Sedangkan di Kuala Lumpur dan Selangor sendiri, pelarian Rohingya menetap dan membentuk komunitas sendiri di sekitar Selayang, Cheras Baru, Klang dan Ampang .
Etnik Rohingya Tertutup Penuh Waspada
Bertemankan seorang teman etnik Rohingya
yang saya kenali di tempat kerja. Saya mencoba mendapatkan informasi
tentang komunitasnya, ekonominya, pendidikannya di sekitar Kuala lumpur.
Syukurlah karena melihat kesungguhan saya yang ingin tahu lebih banyak
tentang etnik Rohingya, Akhirnya dia bersetuju untuk menjadi perantara
sekaligus penerjemah dengan membawa saya ke tempat komunitas Rohingya di
Ampang Tasik Selangor.
![]() |
Sebuah keluarga pelariab Rohingya |
Setelah itu kawan saya pergi ke meja sebelah yang di duduki seorang perempuan setengah baya beserta dua orang anaknya . Kawan saya tersebut berusaha menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami dalam bahasa mereka. Langsung saja roman wajah mereka langsung berubah, dan berusaha pergi seketika itu juga.
Akhirnya sang penjaga restoran datang ke meja kami dan menanyakan maksud dan tujuan kedatangan kami. Setelah di jelaskan dengan penuh kekeluargaan dan menyebut atas nama saudara seislam, akhirnya mereka mulai faham dan bersedia kami wawancarai.
Dia mengatakan bahwa sudah seringkali Etnik Rohingya di manfaatkan segelintir oknum dan kelompok untuk kepentingan mereka sendiri tanpa memmperdulikan kepentingan etnik Rohingya lagi. Akhirnya ketua etnik Rohingya melarang untuk memberikan apa-apa informasi dan kenyataan pada siapapun tanpa ada arahan dari ketua etnik langsung. Apalagi setelah ada terjadinya kasus pembakaran dan pembunuhan pada tanggal 03 Juni yang lalu.“Ketua kami telah melarang memberikan kenyataan pada siapa saja,tanpa ada pemberitahuan dari beliau.” Katanya dalam bahasa melayu dengan loghat Burma.
Kehidupan Mendasar Kaum Pelarian
Secara ekonomi, umumnya para etnik Rohingya adalah pekerja tanpa keterampilan. Jenis pekerjaan yang dilakukan adalah beraneka ragam, mulai dari bekerja di sektor konstruksi, buruh pabrik, pembantu restoran dan cleaning service.
Namun di sebabkan masalah dokumen yang bersangkutan, mereka sering tertangkap operasi pendatang asing di Malaysia. Bahkan sesetengah majikan mengambil kesempatan kepada mereka dengan menurunkan gaji mereka.
![]() |
Suasana Pasar dalam komunitas Rohingya |
Namun pihak UNHCR dan beberapa LSM di Malaysia telah mengadakan dan mendirikan beberapa sekolah tidak formal seperti di Klang, Cheras Baru dan Selayang. Dan sistem pendidikan ini lebih di kenali madrasah di kalangan para pelarian. Dan bahasa pengantar di dalamnya menggunakan bahasa Myanmar, Inggris dan bahasa Melayu.
Dan tentang masalah Kesehatan, seperti mana warganegara asing lainnya. Pelarian Rohingya di haruskan membayar lebih mahal apabila di bandingkan dengan warga negara Malaysia sendiri. Semuanya ini adalah di sebabkan masalah dokumen pengenalan yang sering menjadi masalah.
Apabila harus menginap dan opname di Rumah Sakit pemerintah, mereka di haruskan menyediakan uang pendahuluan (deposit) sekitar RM.400 (1,2 juta rupiah). Sedangkan untuk biaya melahirkan pula, mereka harus menyediakan deposit RM.800 (2,5 juta rupiah). Coba bayangkan apabila mereka harus menerima rawatan di rumah sakit swasta ? yang mahalnya berlipat-lipat kali ganda apabila di bandingkan dengan rumah sakit atau klinik pemerintah.
Kartu UNHCR Adalah Nyawa Kedua
Rata-rata pelarian Rohingya pernah mengalami di tangkap oleh polisi Malaysia. Bahkan sampai ada yang dimasukkan ke dalam tahanan imigrasi untuk menunggu di hantar pulang ke Myanmar.
Untuk itu pihak UNHCR telah mengeluarkan sebuah dokumen berbentuk perlindungan sementara (temporary protection). Selanjutnya belakangan ini UNHCR telah menukar dokumen sementara yang berbentuk surat selebaran di gantikan Kartu plastik agar lebih tahan lama .“Dulu saya pernah ditangkap dalam sebuah operasi dan dideportasi ke perbatasan Thailand-Malaysia untuk dipulangkan ke Myanmar. Namun saya telah kembali lagi ke Malaysia dengan membayar agen/tekong untuk diuruskannya secara ilegal.”
Harapan Kecil Pelarian Rohingya
Status kewarganegaraan pelarian Rohingya yang tidak jelas bukan hanya di alami generasi sekarang, namun juga akan turut di rasakan oleh generasi akan datang.
Sebenarnya umumnya pelarian Rohingya menaruh harapan pada tokoh demokrasi Myanmar yaitu Ang Ann Suu Kyi untuk membelanya. Namun kenyataannya beliau hanya diam seperti menyetujui apa yang telah dilakukan pemerintah tentara Myanmar.“Sudah lebih 20 tahun saya tinggal di Malaysia, namun status masih belum jelas jelas. Dan untuk kembali ke Myanmar rasanya tidak mungkin untuk saat ini.”
“Banyak yang menawarkan kami agar pindah ke negara lain, namun saya tidak punya uang yang cukup. “
Mereka juga berharap semoga pemerintah Indonesia dan Malaysia yang mempunyai masyarakat Islam dominan di Asia tenggara mampu berbuat banyak di dalam ASEAN, OIC dan PBB. Selanjutnya mengambil inisiatif untuk menghentikan tragedi kemanusiaan ini..
Salam dari Seberang
isi tulisanya bagus banget,dua jempol tuk sang penulis,bahasanya cukup bagus hanya sedikit ada pengaruh bhs melayunya,mungkin krn pengaruh lingkungan aja,dahsyat broo.(Roosdy Thebull)