![]() |
File ini diambil dari www.zymco.co.uk |
Sebuah taksi
meluncur perlahan karena mendekati persimpangan jalan yang secara kebetulan
lampu lalu lintasnya sudah menunjukkan warna kuning. Empat penumpang di dalam
taksi itu adalah semuanya orang Madura yang sedang membicarakan seputar
pekerjaanya sambil menunggu lampu lalu lintas yang sedang menunjukkan warna
merah.
Beberapa
saat kemudian lampu lalulintas sudah berubah warna menjadi hijau, namun mobil
yang didepan taksi mereka masih belum beranjak mau jalan. Akhirnya salah
seorang dari mereka menggerutu sendiri ,
“ Abbeh lampunah la Bhiruh, mak gitak ajhelen
motor e adhek reyah.” ( Lah lampunya
sudah warna biru, kok belum berjalan mobil didepan ini ).
Dari dialog
diatas, orang Madura tetap menyebut warna BIRU untuk menyebutkan warna HIJAU,
tepatnya BIRU DAUN atau Bhiruh Deun.
Mengapa demikian ?
Karena di Madura tidak ada kosa kata tentang warna yang menunjukkan warna Hijau.
Karena di Madura tidak ada kosa kata tentang warna yang menunjukkan warna Hijau.
Warna-Warna Dasar Orang Madura
Pada
Dasarnya, orang Madura hanya mengenal warna Hitam, Putih, Merah, Biru dan
Kuning. Ini terbukti dan dapat dilihat pada rumah-rumah lama orang Madura yang
dipenuhi warna-warna kontras seperti Merah, Biru, Hijau (Biru Daun) dan Kuning.
Dan
warna-warna kontras tersebut dapat juga dilihat pada peralatan kesenian atau kebudayaan
seperti batik Madura, pecut, Keleles kerapan sapi (kereta/tempat jokinya berdiri), kipas atau
hiasan pada gagang celurit serta pisau.
Namun dari
warna-warna dasar tersebut berkembang menjadi aneka pilihan warna. Dan
keunikannya adalah, masyarakat Madura selalu mengkaitkan warna pilihan itu
dengan tumbuhan atau hewan. Contohnya adalah,
Untuk Warna Biru ada Bhiruh Deun/ Biru Daun (Hijau
Tua), Bhiruh Ompos/ Biru Pucuk Daun (Hijau muda), Bhiruh Langngik (Biru
Langit), Bhiruh Tasek (Biru laut), Bhiruh E’tek (Biru yang sewarna dengan telur
itik) Dan sebagainya.
Untuk warna Merah ada Me’ra
Ateh/ Merah Hati (merah pekat), Me’ra
Delimah/Merah Delima/Merah muda, Me’ra Manggis/Merah Manggis Dan
sebagainya.
Untuk Warna Kuning ada Kone’ng Telor/Kuning Telur
(Oranye), Kone’ng Konyik (Kuning Kunyit), Kone’ng Gedding (Kuning Gading), Kone’ng
Sabuh (kuning Sawo) Dan sebagainya.
Mengapa
masyarakat Madura selalu menyebutkan warna dengan diikuti nama tumbuhan atau
hewan (Alam ) ? Saya menyimpulkan , bahwa kehidupan masyarakat Madura begitu
dekat dengan alam dan tidak dapat dipisahkan dengan alam.
Bahkan dalam
kehidupan sehari-harinya, ketika menyampaikan pesan kepada keluarganya sering
kali menggunakan kiasan pada binatang. Contohnya,
Mun Odhik jek
gey-nganggey, ngabber tak tenggih ngaleh tak dhelem ( Dalam hidup itu jangan seperti
Anggey ( Serangga yang beterbangan mencari lampu kalau malam), Terbang tidak tinggi menggali tidak dalam.
Yang membawa
maksud dalam hidup itu harus konsisten dan berkomitmen. Serta jangan nanggung
atau separuh-separuh dalam mengerjakan sesuatu apapun
Apapun
tentang warna HIAJU itu sendiri bagi
masayarakat Madura seringkali menjadi joke-joke hangat ketika merantau keluar
Madura. Ada yang bertanya apakah di Madura ada bubur kacang hijau ?
Apakah program penghijauan pemerintah di Madura berhasil ?
Dan yang pastinya warna-warna dalam lampu lalu lintas hanya ada Merah, Kuning dan Biru bagi masyarakat Madura.
Apakah program penghijauan pemerintah di Madura berhasil ?
Dan yang pastinya warna-warna dalam lampu lalu lintas hanya ada Merah, Kuning dan Biru bagi masyarakat Madura.
Jadi ketika
sudah membaca tulisan ini, jangan sampai beranggapan bahwa orang Madura itu
buta warna.. he..he..he..
Namun orang Madura lebih kreatif dalam menempatkan alam dalam bahasa sehari-harinya.
Namun orang Madura lebih kreatif dalam menempatkan alam dalam bahasa sehari-harinya.
Salam dari
Kuala Lumpur.