![]() |
Dra.Mahyi Dinilyas sedang mempresentasikan "ilmu Parenting" dihadapan para TKI |
Pemimpin politik dan militer Perancis abad-18, Napoleon
Bonaparte mengatakan “Tangan kanan seorang perempuan mengayunkan buaian, Namun
tangan kirinya mampu menggoncangkan dunia”. Pepatah itu memberikan banyak
penafsiran yang pada dasarnya adalah masa depan suatu bangsa dapat dicorakkan
dan ditentukan oleh seorang wanita yang berada dalam struktur unit/institusi terkecil dalam sebuah negara yaitu keluarga.
Seorang wanita yang bergelar seorang ibu pastinya paling
banyak mempunyai waktu bersama keluarga. Untuk itu seorang ibu haruslah
mempunyai ilmu yang mencukupi dalam
mendidik anak sesuai dengan zamannya. Karena cara-cara mendidik anak senantiasa
berubah dan bergerak mengikuti perkembangan zaman.
Tidak mungkin disamakan cara mengasuh, membimbing dan mendidik anak pada zaman kita dulu dengan
zaman sekarang, tantangan dan halangan pastinya berbeda. Apabila pada zaman kecil
kita dulu, pegangan dan alat permainnanya adalah kelereng dan karet. Namun
anak-anak sekarang alat permainnnanya semuanya berada dalam genggaman
tangannnya , yang hanya tinggal sentuh dan pencet saja.
Ilmu –ilmu Parenting atau tentang ilmu cara mengasuh,
membimbing dan mendidik anak tersebut tidak diajarkan dalam kurikulum
persekolahan. Namun bisa didapatkan dari pengalaman seseorang atau kajian yang
telah dilakukan oleh para pakar tentang ilmu tersebut didalamnya
Pentingnya Ilmu
Parenting Bagi Seorang TKI
Keberadaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) masih dilihat dari
faktor segi ekonomi saja oleh pemerintah. TKI masih diagung-agungkan sebagai
pahlawan sumber devisa negara, yang mana hasil keringatnya yang dikirimkan ke
Indonesia (Remitansi) mampu mencorakkan ekonomi di peringkat dasar pada negara.
Dan pengiriman TKI ke luar negeri masih dijadikan sebuah
solusi oleh pemerintah, dalam ketidak-mampuannya menyediakan lapangan kerja
yang memadai bagi rakyatnya. Namun dampak sosial yang ditimbulkan oleh hal
tersebut masih belum terfikirkan secara
nyata oleh pemerintah.
Pemerintah hanya memfokuskan kepada sisi TKI itu sendiri,
baik mulai dari pemberian keterampilan praTKI, penempatan hingga perlindungan selama
berada di negara tujuan. Pernahkan pemerintah memikirkan dan membicarakan tentang
dampak sosial pengiriman TKI dan kesannya kepada keluarga dan anak TKI tersebut
selama ditinggalkan di kampung ?
Bagaimana perkembangan keluarga dan anak-anak yang
ditinggalkan minimal selama 2 tahun untuk bekerja ke luar negeri sebagai TKI ?
Tidak sedikit keluarga mereka berakhir dengan perceraian dan tidak sedikit anak-anak mereka menjadi korban dan berantakan perkembangannya. Dan yang paling banyak mendapat kesan dari dampak sosial ini adalah anak-anak TKI itu sendiri.
Tidak sedikit keluarga mereka berakhir dengan perceraian dan tidak sedikit anak-anak mereka menjadi korban dan berantakan perkembangannya. Dan yang paling banyak mendapat kesan dari dampak sosial ini adalah anak-anak TKI itu sendiri.
![]() |
Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia Hermono memberikan sambutan di Aula KBRI Kuala Lumpur |
Menurut Hermono, Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk
Malaysia, Sebagian besar Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia adalah sudah
mempunyai keluarga baik di Malaysia ataupun di Indonesia dan 70% didalamnya
adalah perempuan.
Maka dari itu, diperlukan pemberian pelatihan dan pendidikan
kepada para TKI itu sendiri dalam menanggulangi atau setidaknya meminimalisir
kesan dari dampak sosial yang ditimbulkan oleh pengiriman TKI ke luar negeri
tersebut. Salah satunya adalah memberikan dan menekankan pentingnya ilmu
parenting kepada TKI itu sendiri.
Seperti mana yang telah dilakukan oleh MS- Cerdas baru-baru
ini, yaitu memberikan pendidikan dan seminar tentang ilmu parenting kepada para
TKI di beberapa titik yang menjadi tumpuan TKI di Malaysia.
MS Cerdas yang merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari MS Cargo, sebuah perusahaan
yang bergerak dalam bidang pengiriman barang/paket door to door ke Indonesia. Telah melakukan road show memperkenalkan
ilmu parenting kepada para TKI dalam 2 hari berturut-turut.
Mulai dari shelter TKI di KBRI Kuala Lumpur, bekerjasama
dengan komunitas-komunitas WNI di Malaysia seperti Fatayat NU Cabang Istimewa
Malaysia dan IKMA (Ikatan Keluarga Madura) hingga asrama-asrama pekerja
pabrik/kilang di Senawang , Negeri Sembilan.
![]() |
Salah satu audien tak mampu menhan emosinya dalam sesi tanya jawab seputar Ilmu Parenting |
MS Cerdas mendatangkan pakar ilmu parenting, yaitu Dra.
Mahyi Dinilyas seorang Trainer dari Yayasan Kita dan Buah Hati Jakarta dalam
road show tersebut. Aneka tema keparentingan dipresentasikan berdasarkan latar
belakang dan tahap pendidikan para TKI itu sendiri . Mulai dari ‘Persiapan Pra
Nikah”, “Cara Memilih pasangan yang Baik” hingga “Tantangan Mendidik Anak Di
Era Digital.”
Berdasarkan reaksi dan interaksi antara pembicara/trainer
dan para TKI, pendidikan Ilmu Parenting mendapat sambutan aktif. Terbukti dari
banyaknya tanya jawab, mulai dari seputar hubungan pranikah hingga tantangan
dan permasalahan membesarkan anak yang ditinggalkan di kampung masing-masing.
Seharusnya program baik seperti ini, mendapat dukungan penuh
pemerintah dan kalau perlu dijadikan program unggulan/nasional untuk kedepannya
nanti. Dan tidak hanya dalam bentuk seminar belaka, Namun bisa dijadikan mata
pelajaran wajib dalam kurikulum persekolahan di Indonesia.
Saya tetap berkeyakinan untuk mencapai negara yang kuat dan
bermartabat, tidak ada cara instant untuk merealisasikan. Pemerintah dan
seluruh elemen bangsa harus bersatu dari sekarang untuk mempersiapkan para
generasi dan anak-anak yang sehat dan cerdas baik fisik dan emosi. Dan tumpuan
yang utama adalah memperkasakan institusi terkecil negara yaitu bermula dari dalam sebuah keluarga.
Salam dari Kuala Lumpur.
![]() |
Bersama Ikatan Keluarga Madura (IKMA) |
![]() |
Bersama Fatayat NU Cabang istimewa Malaysia |
![]() |
Bersama para pekerja Pabrik/kilang di Senawang |
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih atas komentar-komentar anda
Saya akan berusaha membalasnya semaksimal mungkin