Hubungan Indonesia-Malaysia ibarat gelombang selat Melaka,
adakalanya gelombangnya tinggi menghantam daratan pulau Sumatera dan daratan
pantai barat semenanjung Malaysia. Dan adakalanya gelombangnya datar serta
diiringi angin semilir yang kadangkala membuat terlena keduabelak pihak.
Aneka kasus sering mewarnai kedua negara bertetangga ini,
mulai dari kasus perbatasan, isu tenaga kerja bahkan sampai isu klaim mengklaim
seni dan budaya. Namun karena adanya persefahaman serta hubungan erat kedua
pemerintah, maka hal tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan akrab.
Usaha-usaha untuk menambah eratnya hubungan kedua belah
pihak, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, namun diperingkat bawahan
antara kedua rakyat terjalin dengan baik. Sebagaimana yang dilakukan oleh
warganegara Indonesia asal Banyuwangi dan Masyarakat lokal yaitu rakyat
Malaysia itu sendiri.
Minggu, 7 Desember kemarin, mereka menggelar “Acara Ramah
Mesra” Masyarakat Indonesia asal Banyuwangi bersama penduduk kampung Bukit
Kapar. Sekaligus pelancaran kesenian tradisional banyuwangi yaitu kuda kedang “Sekar
Wangi”.
Acara yang diprakarsai oleh Irzal Maryanto sebagai wakil tokoh masyarakat Banyuwangi di Malaysia dan Tuan Haji Mat Zain bin Haji Sahli sebagai perwakilan tokoh masyarakat Bukit Kapar. Dan secara kebetulan Tuan Haji Mat Zain bin Haji Sahli merupakan generasi ketiga keturunan Jawa asal Banyuwangi.
Acara yang diprakarsai oleh Irzal Maryanto sebagai wakil tokoh masyarakat Banyuwangi di Malaysia dan Tuan Haji Mat Zain bin Haji Sahli sebagai perwakilan tokoh masyarakat Bukit Kapar. Dan secara kebetulan Tuan Haji Mat Zain bin Haji Sahli merupakan generasi ketiga keturunan Jawa asal Banyuwangi.
Acara tersbut juga dihadiri oleh Duta Besar Republik
Indonesia untuk Malaysia Marsekal (purn) Herman Prayitno dan ahli parlimen Meru
Klang Negeri Selangor, Dr Haji Abdul Rani Osman. Para tamu undangan disuguhi
dengan tari pembuka khas Banyuwangi ,
yaitu “Tari Jejer Gandrung” dan setelah itu diikuti dengan persembahan kuda
lumping/jaranan atau di Malaysia sendiri lebih dikenali dengan “Kuda Kepang”
Uniknya, persembahan kuda lumping dan tari-tarian tersebut
dibawakan oleh para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Banyuwangi di sekitar
Selangor. Untuk kostum penari, Gamelan dan kuda kepangnya dibawa langsung dari
banyuwangi, sedangkan pentas dan topengnya dibuat sendiri di sela-sela waktu
bekerjanya.
Duta Besar, Herman Prayitno memberikan respon positif dengan
adanya kegiatan ini dan berpesan
“Hal berkaitan dengan pelaksanan seni budaya yang dilakukan oleh WNI di Malaysia, sebelum diadakan haruslah terlebih dahulu dikomunikasikan dengan pejabat-pejabat terkait dan tokoh masyarakat setempat.”
Hal tersebut senada mendapat tanggapan dan respon positif juga
dari Ahli Parlimen Meru, Dr Abdul Rani Osman,
“Saya menyambut baik usaha-usaha yang telah dilakukan, semoga hubungan dua hala Indonesia-Malaysia tetap membaik. Baik diperingkat akar umbi dan di tingkat pemerintah.”
Lailatu Fitriyah, Antara
Melestarikan dan Mempromosikan
Pada dasarnya Banyuwangi kaya akan seni budaya dan kuliner
khas Banyuwangi. Mulai dari seni
tari-tarian sehingga keseniaan
Jaranana atau kuda kepang. Dan kulinernya ada Sego Cawuk, Rujak Soto bahkan sego
tempong. Namun masih kurang dikenali oleh masyarakat luar , baik Indonesia
maupun mancanegara. Sudah tanggung jawab masyarakat Banyuwangi sendiri untuk
mempromosikan dan melestarikan kekayaan tersebut.
Seperti mana yang telah dilakukan oleh salah seorang putri asal
Banyuwangi yaitu Lailatul Fitriyah. Perempuan yang berasal dari desa Sempu
Genteng banyuwangi ini merupaka salah seorang TKI yang bekerja di sektor
perpabrikan di Johor Baru. Perempuan mungil yang berumur 27 tahun ini sangat
aktif dan penuh semangat untuk melestarikan serta mempromosikan tarian khas Banyuwangi,
seperti tari Jejer Gandrung dan Tari Punjari.
Di sela-sela kesibukan bekerjanya , beliau masih sempat
mengajarkan seni tari khas Banyuwangi tersebut kepada rekan-rekan sekerjanya
sesama Indonesia. Ada yang berasal dari Medan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Jawa timur. Mereka kesemuanya belajar bersama di sebuah sanggar tari yang
bernama “Manunggal Budaya” yang didirikan oleh Irzal Maryanto pria kelahiran
Watu Kebo Rogojampi Banyuwangi.
Semangat untuk memperkenalkan kesenian Tradisonal kepada
sesama pekerja Indonesia serta pekerja asing lainnya di Malaysia perlu diberikan apresiasi. Ini semua selaras
dengan harapan bupati Banyuwangi
Abdullah Azwar Anaz program memperkenal
Banyuwangi kepada dunia internasional yaitu Banyuwangi Go International.
Semangat yang ditunjukan oleh Lailatul Fitriyah ini patut di
contohi oleh WNI di Malaysia lainnya. Beliau merelakan waktu kerjanya
melakukukan persembahan dalam acara Ramah mesra antara komunitas keluarga banyuwangi di Selangor bersama warga lokal
Malaysia. Waktu perjalanan 5 jam dari Johor Baru ke Selangor dilakukan dengan
sukarela demi untuk mempromosikan kesenian khas Banyuwangi.
Persembahan yang dilakukan oleh Lailatul Fitiriyah mendapat
tepuk tangan yang meriah serta mendapat respon positif dari Duta Besar republik
Indonesia untuk Malaysia, Herman Prayitno dan Ahli Parlimen Meru Klang
Selangor, Dr Haji Abdul Rani Osman dalam acara pembuka di program tersebut.
Semoga dengan adanya program begini akan menbuat hubungan Indonesia-Malaysia senantiasa membaik kedepannya nanti. Dan akan memberikan impak positif dalam hubungan dalam bidang lainnya selain hubungan seni dan budaya.
Salam dari Kuala Lumpur
1 komentar:
Post a Comment
Terima kasih atas komentar-komentar anda
Saya akan berusaha membalasnya semaksimal mungkin