Riuhnya dunia politik dalam rangka perhelatan perebutan
kursi no 1 Daerah Khusus Ibukota Jakarta, hampir menyita ruang dan energi
bangsa Indonesia dalam beberapa minggu terakhir ini. Pergesekan elit politik
para pendukung ketiga calon, menjadi pemicu saling sindir dan saling debat para pendukung di peringkat bawah.
Ianya menjadi lebih
terasa bahangnya, apabila juga diikuti para media arus pertama yang menjadi
pendukung dan corong pada sebagian dari ketiga calon tersebut. Di media sosial
seperti blog, facebook, twitter hingga WhatsApp, juga menjadi medan debat ,
medan sindir dan menjadi medan tempat berbagi artikel dan tulisan yang memihak
calon pendukungnya.
Tensi bahang perebutan kursi DKI mulai menurun, tatkala Bumi
Rencong digegar oleh pergerakan kerak bumi dengan kekuatan 6,5 Skala Richter.
Gempa Bumi menjelang shubuh tersebut, meniarapkan beberapa bangunan di sekitar
kota Pidie Jaya (Pijay) pada 7 Desember 2016 lalu.
Fokus masyarakat Indonesia lebih mengarah kepada tragedi di kota
Pijay tersebut. Apalagi di media arus utama dan media sosial , berita gempa
bumi Aceh menjadi topik dan berita utama . Walaupun begitu, sisa-sisa bahang perhelatan
politik Jakarta juga masih terasa dalam tragedi bencana tersebut. Dan memanfaatkan
bencana tersebut untuk menghantam lawan politiknya.
Karena bagi sebagian orang, yang hidup serta penghasilannya
berpunca dari jalur politik, maka setiap momen yang terjadi diatas bumi ini,
akan menjadi komoditas keuntungan politik pribadi dan kelompoknya. Apalagi
mendekati musim-musim pemilihan umum, baik Pilbub, Pilkada hingga sekelas
Pilpres.
Seketika juga, kita dikejutkan oleh isu “Bom Panci”, yaitu penangkapan beberapa rakyat Indonesia, yang
diduga anggota terorisme yang berinduk pada Bahrun Naim, tokoh Islamic State of
Iraq dan Syiria (ISIS) asal Indonesia. Mereka disinyalir akan melakukan
pengantin bom bunuh diri di Istana Merdeka tak lama lagi.
Tanggapan dan respon berbeda datang dari rakyat Indonesia
atas isu ‘Bom Panci” tersebut, ada yang mengatakan bahwa isu ini adalah
rekayasa pemerintah, dan pengalihan isu/ opini publik terhadap beberapa isu
politik yang berkembang sebelumnya.
Namun ada juga yang mendukung dengan alasan, karena pihak
kepolisian sudah melakukan koordinasi dan pemantauan sejak jauh hari
sebelumnya. Apalagi juga dikatakan, ada beberapa orang yang membawa bendera
ISIS pada aksi demo damai tempo hari.
Namun semuanya itu menjadi sejuk kembali, seiring mendekati
hari Kelahiran Baginda, Nabi Besar Muhammad SAW. Yang jatuh pada tanggal 12
Rabiul Awwal 1438 H, bersamaan 12 Desember 2016 M. Mayoritas rakyat Indonesia
yang umumnya Muslim, sibuk dengan persiapan menyambut Maulid Nabi Agung tersebut. Apalagi Bumi Indonesia sedang berduka cita juga atas tragedi bencana
gempa bumi Aceh, yang kejadiannya bertepatan dengan bulan Maulidur Rasul.
Mungkin ini adalah teguran dari Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
apa yang telah terjadi dan berlaku di Indonesia. Agar kita semua sama-sama
intropeksi diri , apakah perilaku dan akhlak Rasulullah sudah kita terjemahkan
dalam semua lini kehidupan sehari-hari ? sepertimana kata Imam Al-Ghazali “Cermin Manusia adalah Nabi Muhammad SAW”.
Semoga dalam bulan Maulidur Rasul ini, perdebatan , sindir
menyindir hingga saling mencaci maki antar rakyat Indonesia akan memudar dengan sendirinya. Dan kita semua
mampu menterjemahkan akhlah Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari kita.
Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad
Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih atas komentar-komentar anda
Saya akan berusaha membalasnya semaksimal mungkin