![]() |
Image by Nusantarakini.com |
Belakangan ini , kita seringkali disuguhi dagelan politik
yang tidak sekedar menyuguhkan humor
pelipur lara. Namun terkadang memberikan rasa muak penuh kebosanan mengikuti
perkembangan dunia politik tanah air.
Politik santun semakin memudar dan terus menghilang,
mengikuti arus kepentingan golongan dan ambisi pribadi. Yang diramu bernuansa kepentingan
ideologis dengan memanfaatkan simpatisan dan rakyat pada umumnya.
Politik saling sikut dan saling balas dendam semakin menghiasi
layar-layar media sosial. Politik saling ancam, saling lapor dan saling mencari
kejelekan masa lalu kian diobralkan dalam media massa. Disulam dengan aneka
berita hoax , aneka fitnah dan status penuh caci maki menjadi sarapan pagi kita
saat ini.
Semua ini akan terus menjadi preseden buruk terhadap masa
depan politik bangsa ini. Anggapan-anggapan bahwa politik itu hitam penuh
kemunafikan akan semakin memenuhi pemikiran rakyat Indonesia. Politik uang digambarkan
semakin merajalela dalam segenap sudut politik Indonesia, Dan dunia politik
dijadikan batu loncatan untuk berenang dalam lautan korupsi yang menggairahkan.
Virus korupsi semakin menjalar dalam lembaga-lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Orang-orang baik dan jujur akan tersingkir.Orang
yang berkompeten terhadap bangsa semakin
tak terdengar idealismenya. Tersingkir
karena tidak serombongan dengan pemikiran mereka, Dan terkubur karena
suaranya kalah nyaring, dengan mereka-mereka
yang menjadikan dunia politik sebagai pekerjaan.
Kepentingan partai menjadi keutamaan serta semakin egois menelanjangi kepentingan rakyat
umum. Partai-partai kaya dengan donatur besar semakin menaburkan uangnya
bertopengkan bantuan. Rakyat dibelai dengan kenyamanan sementara dan rakyat
diberikan mimpi berasaskan materi semata. Padahal ianya semu dan sementara.
Mereka yang punya uang dan kuasa mampu membeli idealis
pemimpin yang didukungnya. Para penyumbang dana kampanye selalu berspekulasi
setiap musim pemilihan. Pemilihan umum bagi mereka diibaratkan bursa saham,
dalam mencari peluang , dalam mencampuri kebijakan negara bahkan menyusupkan ideologi
mereka.
Sudah waktunya semua anasir bangsa ini berfikir kembali dan
instropeksi diri. Carut marutnya bangsa Indonesia ini tidak datang dengan
sendirinya. Ketidakpercayaan publik terhadap dunia politik Indonesia , bukan bergulir
begitu saja.
Masihkan kita berteriak , bahwa kita pemilik kebenaran
satu-satunya di negara ini ? Masihkah kita saling menyalahkan sebagai sumber perpecahan kita selama ini ? Sedangkan
kita selama ini, seringkali terlupa bahwa Indonesia negara besar. Bahwa
Indonesia negara kaya yang dicemburi oleh luar. Kurangilah memberi ruang kepada
anasir luar untuk menari di halaman kita, sedangkan kita sendiri tersingkir di
luar pagar sebagai penonton saja.
Kunjungan perdana mas,salam kenal.
mampir ya di blogq :)