"Mereka bukan sampah masyarakat, namun sekelompok manusia yang tersilap langkap dalam mencari makna hidup sesungguhnya."
Settong..
Enol..Sanga’…
Satu.. Enol.. Sembilan..
Satu.. Enol.. Sembilan..
Nomer
antrian dipanggil dalam versi 2 bahasa untuk memudahkan pemanggilan dan
mencepatkan pergerakan antrian. Beberapa petugan berseragam abu-abu dengan logo
pohon beringin, sibuk mengatur barisan dan sesekali memberikan arahan agar
memberikan kerjasama kepada para petugas.
Mereka meminta
agar tidak membawa H/P ke dalam Lapas,
menyimpannya di dalam kotak yang telah disediakan. Mereka juga meminta agar
tidak membawa tas tangan, namun meletakkan di tempat meja penitipan barang.
Dalam satu barisan
antrian, para perempuan diletakkan dalam barisan depan diikuti oleh kaum lelaki
di belakangnya. Kemudian petugas
menghitung satu-persatu antrian sesuai dengan yang tertera dalam kartu antrian yang
didaftarkan. Seterusnya dipersilahkan
masuk satu persatu , sambil petugas selanjutnya memasangkan gelang bertuliskan
angka nomer urut yang disediakan.
Setelah itu,
semuanya diarahkan masuk ke dalam satu ruangan untuk diperiksa satu persatu. Sedangkan
yang laki-laki dimasukkan ke dalam ruangan kecil, untuk diperiksa satu persatu
secara lebih mendetail.
“Maaf
Bapak-Bapak !, saya sedang bertugas. Apakah sudah siap diperiksa? Apakah Bapak-Bapak
siap menanggung resiko, apabila ditemukan barang-barang yang dilarang dibawa
masuk ke dalam ? Ayo buka bajunya satu persatu ! “, ujar petugas berkacamata
itu tegas.
Setelah proses
pengecekan selesai, diarahkan oleh petugas agar memasuki pintu selanjutnya satu persatu. Di
pintu ini, semuanya distempel di tangan kanannya dengan warna merah, sambil
petugas disebelahnya dengan cekatan mencatat nomer gelang yang dipasangkan di
pintu pertama.
Di pekarangan
dalam ini, para pembezuk disambut oleh sekelompok Narapidana yang memasarkan
hasil karyanya yang disusun rapi di atas meja. Hasil karya kreatif mereka berupa
lukisan, kerajinan tangan, hingga layang-layang bermotif warna-warni.
Selanjutnya
para pembezuk disambut kelompok band musik yang dianggotai oleh para penghuni
Lapas. Aneka jenis musik dipermainkan dengan nyaman sekali, mulai dari musik
pop hingga dangdut koplo. Mulai dari lagu jaman dulu hingga lagu masa kini yang
sedang ngetop di pasaran.
Suasana di
pekarang dalam tempat pertemuan semakin ramai namun tertib, dipenuhi penghuni Lapas dan keluarga yang
membezuknya. Rompi berwarna oren menjadi pembeda antara pembezuk dan penghuni
Lapas ini. Dan dua ruangan berbeda disediakan untuk Napi kasus Narkoba dan Napi
kasus kriminal.
Para Napi
kasus Narkoba diletakkan di dalam aula besar, tepat berhadapan dengan pintu
masuk kedua. Sedangkan untuk napi kasus Kriminal diletakkan di ruangan yang
lebih terbuka, dihadapan kantin sebelah pintu ketiga.
Suasana penuh kekeluargaan dan harmoni , sambil para
Napi dikelilingi para keluarganya. Suasana terlihat begitu syahdu, tatkala
saling maaf-maafkan dan saling bertanya khabar. Terlihat juga di sebelah saya,
seorang Napi sedang memeluk dan menciumi anak balitanya, yang dibawa oleh
isterinya yang datang membezuknya.
Asap rokok
berkepul-kepul dengan deretan minuman botol yang dipesan dari kantin di dekat
ruangan perjumpaan. Sesekali juga diriuhkan oleh suara alunan musik yang sedang
dimainkan, seakan-akan terlupa sejenak, bahwa kita sedang berada di dalam
Lembaga Pemasyarakatan.
Saya jadi
teringat dengan peristiwa 5 tahun yang lalu, tatkala membezuk teman TKI di
penjara Kajang Malaysia. Waktu itu, kami hanya bertemu dan berbicara dibatasi
dinding kaca berkawat, dan media telefon menjadi alat penghubung untuk
berbicara dengan teman yang berada di dalamnya. Suasana begitu kontras sekali,
apabila dibandingkan dengan suasana yang dirasakan saat ini.
Tak lama
kemudian, seorang petugas memberitahukan bahwa membezuk akan berakhir sebentar
lagi. Semuanya saling bersalaman untuk pamit pulang, sambil memberikan
kata-kata semangat kepada keluarganya yang sedang menjalani masa hukumannya. Suasana
bertambah sedih, tatkala grup musik menyanyikan lagu ‘Kemesraan-nya’ Iwan Fals.
Para pembezuk
akhirnya pulang, dan mengikuti prosedur serta tahapan-tahapan sepertimana yang
dilakukan tatkala mau masuk tadi. Terlihat juga beberapa pembezuk , matanya
memerah menahan jatuhnya airmata perpisahan dengan anggota keluarga yang
dikasihinya.
Semoga gedung
putih berpagar tinggi ini, mampu menempa penghuni didalamnya menjadi
manusia-manusia kreatif dan berguna bagi bangsa, agama dan lingkunganya. Buang dan
hapuskan pandangan negatif terhadap mereka, namun rangkul dan berikan peluang
untuk membuktikan perubahannya pada masyarakat.
Mereka
bukan sampah masyarakat, namun sekelompok manusia yang tersilap langkap dalam
mencari makna hidup sesungguhnya.
Salam dari
Lapas Pamekasan, 27 Juni 2017