![]() |
Para santri sedang berinteraksi dalam bahasa asing |
Iring-iringan mobil yang membawa tamu dikawal mobil patrol polisi membelah kesesakan kota Pamekasan. Di dalam rombongan tersebut, beberapa tamu kehormatan dengan berbagai latar belakang, profesi, dan negara diundang ke acara Pekan Ngaji III Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Palengaan Pamekasan Jawa Timur.
Seminar Pekan Ngaji III ini dilakukan dari tanggal 18 – 28 Januari
ini menghadirkan beberapa tokoh nasional dan internasional yang sukses serta
berkompeten di bidangnya. Mulai dari ngaji kebudayaan, ngaji kemanajemenan,
ngaji kepenulisan, hingga ngaji kewirausahaan yang diadakan secara beruntun
selama seminggu.
Kami mendampingi pimpinan Direktur Mandiri Sejahtera Cargo,
H. Wawan Syakir Darmawan, Lc, M.A memberikan ilmu dan pengalamanya dalam bidang
kewirausahaan (Ngaji Kewirausahaan) kepada ratusan santri, pada hari kelima
seminar pekan ngaji tersebut. Dalam iring-iringan tersebut, hadir juga Prof.Dr.H.Imam
Suprayogo dari Malang, serta beberapa tokoh akademik lainnya dari Universiti
Kebangsaan Malaysia (UKM) serta tokoh akademik dari Brunei Darussalam.
Hampir 15 menit iring-iringan membelah kota Pamekasan, mulailah
terlihat baliho-baliho dan spanduk tema Pekan Ngaji III menghiasi sepanjang
jalanan kecamatan Palengaan. Wajah-wajah penuh ketaatan yang memakai sarung ,
kemeja berlengan panjang, dan memakai kopiah telah menunggu. Mereka berbaris di
kanan-kiri jalan menuju Pondok Pesantren Mambaul Ulum, sambil menundukkan
kepala sembari memegang kedua tangannya dihadapannya.
Beliau juga menceritakan bahwa santri PP.Mambaul Ulumitu datang dari berbagai golongan itu kurang lebih 9300 orang. Beliau menerangkan bahwa, pondok pesantren tidak menetapkan syarat-syarat khusus (akademik) kemasukan ke pesantren serta dengan biaya per bulan yang sangat murah sekali. Setelah itu, para rombongan diberikan kesempatan menyaksikan kemahiran santrinya membaca kitab kuning dan berbual dalam beberapa bahasa aneka asing.
Para rombongan terkesima, dengan keterampilan beberapa santri
dalam lingkup usia 12 tahunan tersebut namun mahir berbahasa asing. Mulai dari
bahasa Arab, Inggris, Jepang, Mandarin,Perancis, Jerman hingga bahasa Spanyol. Para
tetamu juga diberikan kesempatan berinteraksi dengan mereka, kemudian para
santri tersebut menjawab dalam bahasa asing.
KH.Thohir Abdul Majid menjelaskan, bahwa tutornya adalah
para santri PP.Mambaul Ulum itu sendiri yang dikursuskan ke akademi bahasa
asing, kemudian mengajarkan kembali kepada teman-teman sesama santri melalui
kelas bilingual. Tatkala sebagian tetamu menanyakan berapa biaya untuk
mengikuti kelas bahasa asing tersebut.
“Dalam 3 bulan, umumnya mereka sudah bisa berinteraksi dalam
bahasa asing yang diikutinya. Selama 3 bulan tersebut hanya mengeluarkan biaya
sebesar Rp.75 ribu, artinya per bulan hanya 25 ribu rupiah saja.”, tutur KH
Thohir kepada para tetamu. Penjelasan tersebut membuat para tetamu seakan tidak
percaya, karena dengan biaya serendah itu mampu menghasilkan keterampilan
berbahasa diatas rata-rata.
Sempat berfikir, bahwa banyak pondok pesantren itu telah menciptakan
dan menyimpan permata-permata, namun ianya masih tersembunyi diantara pepasir di pulau
Madura. Bagaimana pemerintah dan masyarakat mengoptimalkannya dalam kemajuan
Madura kedepannya nanti. Bagaimana juga memaksimalkan peran santri ketika
terjun didalam masyarakat nanti. Sehingga suatu saat nanti, masyarakat Madura menjadi
masyarakat yang tetap agamis dan berbudaya, namun berfikiran terbuka dan modern
yang dilandasi nilai-nilai Islami.
Amien.